Bersama keluarga melewati Rumpiyang

Setelah acara Aqiqahan anaknya adikku di Marabahan, kami langsung meluncur balik ke kandang masing-masing. Kalo aku ke Banjarbaru, adikku satunya, yang punya suami Direktur PT Smart (outsoursing PT PLN) pergi ke Banjarmasin, dan foto yang di depan tuh, sepupuku Agusriantono, anaknya dan budeku yang balik ke Tamban Pal 6. Perjalanan kali ini sungguh sudah terasa singkat karena melewati Jembatan Rumpiyang yang menghubungkan kota Marabahan dengan Bantuil yang terpisahkan oleh Sungai Barito.

Beberapa waktu kemaren telah diresmikan oleh Presiden RI, SBY, bertepatan dengan Hari Otonomi Daerah di Batulicin, Kab. Tanah Bumbu. Terkait pernyataan presiden bahwa peresmian jembatan ini yang langsung ditandatangani di Batulicin sebagai bentuk penghematan yang dilakukan pemerintah supaya mengurangi biaya peresmian yang hanya datang sekedar potong pita saja. Begitu perlunya penghematan yang harus dilakukan bangsa ini sehingga harus mengorbankan betapa pentingnya seorang bapak untuk melihat anak-anaknya yang begitu perlu untuk diperhatikan. Jadi, ketertinggalan apa saja yang harus dimajukan. Betul gak? Sekedar serimonial saja, tetangga ortuku yang menanggapi ketidakhadiran seorang pejabat di suatu daerah khususnya melakukan peresmian akan berdampak sangat besar. Apabila seorang pejabat akan datang tentu daerah tersebut akan melakukan persiapan jauh-jauh hari sebelumnya, apabila sebelumnya jalannya berlubang tentu akan langsung diperbaiki supaya mulus, apabila tadi jembatan rusak tentu akan diperbaiki, dan hal-hal lain yang tentu tidak terpikirkan oleh pejabat tersebut. Tentu hal ini sebandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk peresmian dan itulah bentuk perhatian yang realistis yang harusnya terus dibudayakan.

Wah, ngalor ngidul nich. Udah keluar dari khazanah awal, apa hubungannya sama aku dan keluarga lewat jembatan itu. Pasti ada donk?!